Rumah Adat Maluku
· LAST UPDATEDMaluku Utara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang memiliki 4 kerajaan terpenting di Nusantara, adalah Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Penduduk Maluku Utara sangat menjunjung persatuan yang dapat terlihat dari bentuk rumah adat Maluku Utara yang menjadi ciri khasnya.
Adanya rumah adat ini juga membuktikan bahwa penduduk Maluku Utara mengalami kemajuan budaya.
Berikut ini merupakan daftar rumah adat Maluku Utara beserta keunikan dan nilai-nilai filosofisnya.
Saat melihat rumah adat Baileo ini, bisa saja sebagian orang tidak percaya bahwa ini merupakan sebuah rumah adat. Bagaikan beranda, rumah adat Baileo memang merupakan rumah adat yang tidak memiliki dinding dengan tipe rumah panggung.
Sesuai dengan kepercayaan penduduk adat Maluku, dengan tidak adanya jendela rumah maka roh-roh nenek moyang dapat bebas untuk keluar masuk ke rumah Baileo.
Hal yang penting merupakan dengan tidak adanya jendela merupakan agar pada saat berlangsungnya musyawarah, penduduk yang tidak berada di dalam rumah dapat menyaksikan musyawarah juga.
Hormat kepada roh nenek moyang yang sudah lama meninggal merupakan salah satu alasan mengapa lantai rumah pada rumah adat Baileo ini dibuat tinggi.
Penduduk setempat sepakat bahwa roh nenek moyang harus memiliki derajat dan posisi lebih tinggi dari mereka. Pada rumah adat Baileo ada banyak ukiran-ukiran bergambar dua ekor ayam berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sisi kiri dan kanannya.
Rumah adat Baileo yang tidak memiliki dinding merupakan tanda keterbukaan penduduk Maluku terhadap segala perubahan. Adalah gambar dua ekor ayam yang berhadapan dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri dan kanan dan terletak pada ambang pintu.
Makna dari ukiran ini merupakan lambang tentang kedamaian dan kemakmuran. Ada juga ukiran bulan, bintang dan matahari yang terletak pada atap rumah. Ukiran-ukiran ini berwarna merah-kuning dan hitam.
Rumah Adat Maluku
Rumah sasadu dibentuk lebih luas dengan permukaan tanah langsung menjadi lantainya. Rumah ini tidak berdinding dan hanya terdiri dari satu bagian saja tanpa sekat. Sehingga rumah ini terbuka dan hanya terlihat tiang-tiang penopang saja. Namun tiang ini tidak digunakan untuk memikul berat lantai bagaikan rumah adat biasanya.
Di bagian rangka atap ada sepasang kain merah dan putih yang digantung menunjukkan kecintaan penduduk Maluku Utara terhadap Indonesia. Serta lambang kerukunan antara agama Islam dan Kristen selaku dua agama mayoritas di Maluku Utara.
Bola-bola yang dibungkus ijuk yang digantung di kerangka atap dekat kain menyimbolkan kestabilan dan kearifan. Arahnya yang dibuat merunduk ke bawah berlawanan dengan arah atap menjelaskan bahwa mereka tetap rendah hati walaupun berada di puncak kejayaan. Hal ini dimaksudkan agar penduduk patuh dan hormat terhadap semua aturan adat Suhu.
Ukiran bentuk perahu pada ujung atap melambangkan bahwa masyarakt Suhu merupakan penduduk bahari yang suka melaut.
Di beberapa bagian balok penguat juga digunakan sebagai tempat duduk. Sehingga antar balok diberi susunan bambu atau kayu yang membentuk dipan. Beberapa tiang tidak dihubungkan satu sama lain untuk membentuk jalan masuknya orang ke dalam rumah. Sedikitnya ada 6 jalan masuk pada rumah ini. Adalah dua pintu untuk jalan masuk keluar perempuan, dua pintu laki-laki dan dua pintu untuk para tamu. Rumah adat Sasadu merupakan rumah adat yang dimiliki oleh penduduk suku Sahu, Halmahera.
Fungsi utama rumah adat ini bukanlah untuk tempat tinggal melainkan sebagai ruang pertemuan. Tidak hanya itu, rumah adat Sasadu juga sering dipakai untuk keperluan perayaan pesta adat bagaikan pernikahan dan kelahiran.
Walaupun memiliki tiang pada bangunannya,tetapi rumah adat Maluku Utara yang satu ini bukanlah tipe rumah panggung. Tiang yang ada pada rumah ini terbuat dari batang kayu sagu yang dihubungkan dengan balok penguat dan fungsinya hanyalah sebagai penopang kerangka atap rumah. Biasanya, rumah adat ini memiliki sedikitnya 6 pintu masuk pada rumah ini.
Adalah dua pintu untuk jalan masuk keluar perempuan, dua pintu laki-laki dan dua pintu untuk para tamu. Namun, bentuk bangunan dari rumah adat Sasadu memiliki nilai filosofi yakni penduduk suku Sahu yang menetap di Maluku Utara sangat terbuka terhadap pendatang yang datang ke daerah mereka.
Maka dari itu, masayarakat adat Maluku Utara menerima para pendatang dengan baik tanpa memandang adanya perbedaan di antara mereka. Dibagian rangka atap rumah ada sepasang kain berwarna merah dan putih yang digantung, yang mencerminkan rasa nasionalisme penduduk Maluku Utara.
Di setiap bagian kerangka atap, ada bola-bola berbungkus ijuk yang melambangkan sebuah kestabilan dan kearifan. Selain itu, di ujung atap rumah adat asal Maluku Utara ini ada ukiran yang berbentuk menyerupai perahu. Hadirnya ukiran ini melambangkan bahwa penduduk suku Sahu merupakan penduduk yang gemar dalam melaut. Hibualamo berasal dari kata hibua yang artinya rumah dan lamo yang artinya besar.
Rumah adat Hibualamo adalah bangunan rumah adat baru di Maluku Utara karena baru diresmikan pada tahun 2007 silam meski keberadaannya sudah ada sejak 600 tahun lamanya. Rumah adat ini dijadikan sebagai tanda perdamaian pasca konflik SARA yang terjadi pada tahun 1999 hingga 2001.
Karenanya, pembangunan rumah adat ini juga memiliki perkembangan dibandingkan bentuk aslinya yang sama bagaikan kebanyakan rumah adat, adalah rumah panggung. Warna merah melambangkan kegigihan perjuangan komunitas Canga, kuning merupakan lambang kecerdasan, kemegahan dan kekayaan, warna hitam melambangkan solidaritas, dan warna putih melambangkan kesucian.
Sesudah mengetahui sejarah, keunikan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam rumah adat Maluku Utara, apakah kamu tertarik untuk berkunjung ke sini?
© copyright 2019-2021; published only for www.KlikBuzz.com.